Kamis, 09 April 2015

Laporan Pembelajaran Luar Sekolah (PLS)

Pembelajaran Luar Sekolah



Kali ini, aku akan berbagi pengalamanku saat melakukan kegiatan Pembelajaran Luar Sekolah (PLS) bersama teman-temanku.
Pada hari Kamis, tanggal 26 Maret 2015 yang lalu, SMA NEGERI 2 MAGELANG mengadakan kegiatan Pembelajaran Luar Sekolah yang diikuti oleh seluruh siswa kelas X. SMA NEGERI 2 MAGELANG menyewa 5 buah bis dan bis yang aku tempati adalah bis nomor 2. Aku duduk di dekat jendela dan sebelahku adalah teman sekelasku yaitu Ekaputri.
Pukul 07.30, kami berangkat. Tempat tujuan pertama dari kegiatan PLS ini adalah PT. Sritex yang terletak di Jetis, Sukoharjo, Jawa Tengah-Indonesia. PT Sri Rejeki Isman (Sritex) adalah salah satu pabrik tekstil terbesar di Asia Tenggara dan memasok pakaian militer ke 30 negara. Pabrik tekstil ini didirikan oleh Alm. Bapak H. M. Lukminto. Bangunan PT Sritex berdiri di tanah seluas 130 hektar, dengan terdapat 50 gedung di dalamnya.
Di perjalanan, kami yang berada di dalam bis masih terasa canggung karena banyak yang belum mengenal satu sama lain dan lama kelamaan kami sudah mulai mengenal. Di dalam bis, anak laki-laki meminta diputarkan lagu dangdut dan anak perempuanpun menolaknya, karena jumlah anak perempuan lebih banyak dibandingkan anak laki-laki, jadi yang diputarkan pihak bis adalah lagu pop.
Akupun tidak bisa tidur selama di perjalanan karena anak laki-laki di bis sangat jahil. Bagi siapa yang tidur akan kena foto. Jadi dalam keadaan tidur, temanku berhasil di foto Didin. Aku yang melihat langsung, jadi enggan untuk tidur.
Sekitar 4 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di PT. Sritex. Aku sangat takjub karena pabrik ini sangat luas dan banyak gedungnya, sepertinya jumlahnya puluhan. Setelah bis berhenti, aku dan teman-temanku turun untuk masuk ke sebuah gedung seperti gedung pertemuan yang di sisi kiri dan kanannya terdapat berbagai manekin yang mengenakan berbagai baju seperti seragam guru, seragam tentara dari berbagai Negara, kemeja, seragam perawat, dan lain-lain yang mana merupakan produk pabrik ini.
Di gedung ini, kami dijelaskan berbagai informasi tentang berdirinya PT. Sritex, pemilik PT. Sritex, proses pembuatan kain di PT. Sritex, dan informasi lainnya. Lalu, kami ditayangkan sebuah tayangan yang merupakan penjabaran serta sejarah PT ini.
Setelah diperlihatkan tayangan, kami keluar dari gedung tersebut dan naik ke bis lagi dan ternyata tujuan kami adalah gedung lainnya yang jaraknya sangat dekat dengan gedung yang tadi. Kami turun dari bis lagi dan masuk ke gedung tersebut. Di dalam gedung tersebut, kami melihat berbagai proses di gedung ini.


Setelah melihat-lihat proses pengolahan kain, kamipun mengunjungi sebuah show room yang memamerkan berbagai kain produk dari PT. Sritex. Di show room ini, aku melihat berbagai produk yang memang sangat bagus. Di sini, aku dan teman-temanku menyempatkan berfoto-foto.





Ini adalah contoh produk hasil produksi PT. Sritex.


Akhirnya kunjungan kami di PT. Sritex telah selesai setelah melihat-lihat produk di show room. Kami melanjutkan perjalanan kami menuju ke tujuan selanjutnya yaitu Situs Manusia Purba di Sangiran. Dan yang saya laporkan adalah kunjungan di PT. Sritex, jadi, selesailah laporan yang saya buat. 











Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Rabu, 01 April 2015

Laporan Analisa Puisi Aku Karya Chairil Anwar

Chairil Anwar


I.1. Profil
     Chairil Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.
     Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
     Chairil Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah  lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.
     Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.
     Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.


     Semasa kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:

Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta 

     Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

     Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. 

     Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.

Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”

     Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.

Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.
Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.

     Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”


2. Karya - Karya Chairil Anwar

KUMPULAN PUISI CHAIRIL ANWAR

    * Deru Campur Debu (1949)
    * Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)
    * Tiga Menguak Takdir (1950) (dengan Asrul Sani dan Rivai Apin)
    * "Aku Ini Binatang Jalang: koleksi sajak 1942-1949", disunting oleh Pamusuk Eneste, kata                    penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986)
    * Derai-derai Cemara (1998)
    * Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948), terjemahan karya Andre Gide
    * Kena Gempur (1951), terjemahan karya John Steinbeck

PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR YANG DITERJEMAHKAN DALAM BAHASA ASING

Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:

    * "Sharp gravel, Indonesian poems", oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960)
    * "Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid: Palma de               Mallorca, 1962)
    * Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New                         Directions, 1963)
    * "Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]:                 Papua Pocket Poets, 1969)
    * The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton                 Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
    * The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang,                dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
    * Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina:                      Octopus Verlag, 1978)
    * The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel                    (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)

KARYA KARYA UNTUK MENGENANG CHAIRIL ANWAR

    * Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian                      Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953)
    * Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag: Martinus Nijhoff,          1972).
    * Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar" (Ujung Pandang:            Lembaga        Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas
       Hasanuddin, 1974)
    * S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar"               (New York, 1976)
    * Arief Budiman, "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan" (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976)
    * Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976
    * H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil tulisannya", (Jakarta:        Gunung Agung, 1983)
    * Husain Junus, "Gaya bahasa Chairil Anwar" (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984)
    * Rachmat Djoko Pradopo, "Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern" (Jakarta: Pusat          Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)
    * Sjumandjaya, "Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta:              Grafitipers, 1987)
    * Pamusuk Eneste, "Mengenal Chairil Anwar" (Jakarta: Obor, 1995)
    * Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)

II.1. PUISI

Puisi adalah bentuk ekspresi pengalaman empiric atau batin yang diwujudkan dengan bahasa-bahasa indah, perumpamaan dan kiasan. Puisi juga merupakan cara penyampaian tak langsung dari seseorang terhadap sesuatu hal yang dirasa, emosi dan perasaan jiwa yang dialami seseorang. Cara tak langsung itu dilakukan melalui aneka bentuk perumpamaan yang terangkai dalam sajian kata-kata yang indah, singkat, multitafsir dan cerdas dalam bahasa berirama.

2. Analisa Puisi Aku

Puisi AKU karya Chairil Anwar yang menceritakan kepribadian seseorang yang tangguh dalam menjalani kehidupannya. Di dalam puisi itu ada beberapa pesan yang tersirat.

STRUKTUR PUISI
A. TEMA
Judul puisi tersebut adalah AKU, menggunakan tema tentang kegigihan hidup seseorang yang ingin selalu memperjuangkan haknya tanpa merugikan orang lain, walaupun banyak rintangan yang ia hadapi. Dari judulnya sudah terlihat bahwa puisi ini menceritakan kisah ‘AKU’ yang mencari tujuan hidup.

B. PEMILIHAN KATA ( DIKSI )
Pemilihan kata pada puisi AKU terlihat bahwa sang penulis menulisnya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca dan mempunyai emosi yang cukup kuat. Walaupun ada beberapa kata yang terasa ganjil bila diucapkan, seperti kata ‘perduli’ yang seharusnya ‘peduli’ tetapi tidak mengurangi makna yang terdapat dalam puisi tersebut.

C. PERASAAN
Dalam puisi tersebut menggambarkan perasaan penulis yang optimis untuk memperjuangkan hidupnya yang dipenuhi dengan rintangan seberat apapun, sikap kegigihannya yang sangat tinggi. Selain itu ada beberapa bait yang menggambarkan kesedihan karena keberadaan tokoh ‘AKU’ pernah tidak di anggap oleh orang lain. Dan tokoh ‘AKU’ yang berpesan agar tidak menagisinya ketika ia meninggal nanti.

D. NADA dan SUASANA
a.)    Nada
Dalam puisi tersebut penulis menggambarkan nada-nada yang berwibawa, tegas, lugas dan jelas dalam penyampaian puisi ini, karena banyak bait-bait puisi tersebut menggandung kata perjuangan. Dan menggunanakan nada yang syahdu di bait yang terkesan sedikit sedih.
b.)    Suasana
Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut adalah suasana yang penuh perjuangan, optimis dan kekuatan emosi yang cukup tinggi tetapi ada beberapa suasana yang berubah menjadi sedih karena dalam puisi tersebut menceritakan ada beberapa orang yang tak mengaangap perjuangannya si tokoh.

E .BAHASA FIGURATIF ( MAJAS )
Dalam puisi tersebut menggunakan majas hiperbola pada kalimat “Aku tetap meradang menerjang”
Terdapat juga majas metafora pada kalimat “Aku ini binatang jalang”

F. AMANAT
Amanat yang terkandung dalam puisi tersebut adalah semangat dan kegigihan dalam memperjuangkan tujuan hidup haruslah kuat jika itu semua ingin tercapai. Lakukan selama hal itu benar, jangan takut akan kegagalan seberat apapun dan jangan apa yang kita lakukan itu merugikan orang lain. Karena perbuatan baik akan terkenang hingga raga telah tiada.

III. Makna Puisi Aku


 AKU 
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau …
Tak perlu sedu sedan itu…
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang …
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang…
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri…
Dan aku akan lebih tidak perduli…
Aku mau hidup seribu tahun lagi…
     Bait Pertama
Kalau sampai waktuku 
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Pada bait ini tertulis keyakinan pengarang yang sangat bulatterhadap apa yang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata "kau" menggambarkan seorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Bahkan merayupun tidak diinginkan oleh pengarang

·         Bait Kedua
Tak perlu sedu sedan itu 
Dalam bait ini sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibur siapapun yang merayunya, tapi hal ini bermaksud bahwa penulis tidak akan goyah meskipun dirayu dengan cara apapun.
·         Bait Ketiga
Aku ini binatang jalang 
Dari kumpulannya terbuang

Penulis mengakui bahwa dirinya bukanlah sesuatu yang penting, maka ia tidak perlu dibujuk atau dirayu oleh siapapun.

·         Bait Keempat dan Kelima

Biar peluru menembus kulitku 
Aku tetap meradang menerjang
 

Luka dan bisa kubawa berlari
 
Berlari
 
Hingga hilang pedih peri
 

Disini, penulis menggambaarkan bahwa keyakinan dan tekadnya sangat bulat. Meski beribu rintangan dan halangan menghadang, tapi penulis tetap memegang teguh keyakinannya.
·     

         Bait Keenam dan Ketujuh
    
     Dan aku akan lebih tidak perduli 
     
     Aku mau hidup seribu tahun lagi

      Pada kalimat ini, peulis menekankan bahwa dirinya tidak peduli dengan semua rintangan yang dihadapinya.
      
     

   Daftar Pustaka
    





Kamis, 12 Maret 2015

Teks Prosedur Kompleks

Getuk Goreng Sokaraja Banyumas

Bagi Anda yang suka treveling, Anda pasti mengenal Banyumas. Banyumas adalah sebuah kota di Jawa Tengah, berada di lereng Gunung Slamet. Jika Anda mampir di Banyumas, Anda tentu akan menyempatkan diri untuk mencicipi kuliner di daerah ini. Apa itu? Makanan khas banyumas itu adalah getuk goreng. Rasanya manis, gurih, dan membangkitkan selera.
Anda tahu cara membuat getuk goreng? Anda tidak perlu khawatir karena Yu Munarifah akan berbagi rahasia tentang cara pembuatan getuk goreng asli Sokaraja, Banyumas.
Bahan untuk membuat getuk goreng adalah satu kilogram singkong, gula merah atau gula jawa, tepung beras tujuh puluh lima gram, tepung terigu satu sendok makan, minyak goreng untuk menggoreng, dan garam secukupnya.
Lalu, bagaimana caranya membuat getuk goreng apabila semua bahan sudah tersedia? Berikut ini adalah cara untuk membuat getuk goreng.
Pertama, kupas singkong sampai terkupas semua kulitnya kemudian buang sabutnya. Lalu potong singkong menjadi ukuran yang sedang dan direbus hingga matang.
Kedua, sambil menunggu singkong yang direbus matang, iris halus gula jawa. Lalu setelah diiris halus, masukkan irisan gula jawa ke dalam panci lalu tambahkan sedikit air kemudian direbus sampai gula melumat dan tercampur dengan air.
Ketiga, setelah singkong yang direbus tadi matang, lumatkan singkong dan tambahkan gula jawa yang sudah dilumatkan secara bertahap sampai tercampur rata antara singkong dan gula jawa untuk membuat getuk.
Keempat, adonan singkong dan gula jawa dicampur dengan tepung terigu, tepung beras, garam secukupnya, dan air secukupnya. Lalu aduklah adonan tersebut sampai menjadi adonan yang cukup kental.
Kelima, setelah adonan dirasa cukup kental, letakkan adonan singkong goreng di atas nampan. Kemudian, ratakan adonan singkong rebus hingga ketebalan adonannya sekitar 2 cm. lalu potong adonan berbentuk kotak atau dadu dengan ukuran 4 cm x 4 cm atau dengan ukuran selera.
Keenam, siapkan penggorengan lalu tuangkan minyak goreng secukunya. Setelah itu panaskan minyak goreng. Setelah dirasa cukup panas, kemudian ambil adonan getuk goreng yang sudah dipotong berbentuk dadu dan masukkan ke dalam penggorengan atau wajan.
Ketujuh, goreng adonan getuk goreng sampai warnanya kekuning-kuningan. Setelah adonan berwarna kekuning-kuningan, angkat getuk goreng lalu tiriskan.
Terakhir, letakkan getuk goreng ke piring lalu getuk goreng siap disajikan dan dinikmati.